Aksel... Aksel....

Setelah kurang lebih sepuluh tahun program akselerasi berjalan, masih banyak diantara pengelola pendidikan, termasuk penyelenggara sekolah yang menjalankan program akselerasi, belum memahami hakekat keberadaan program akselerasi ini.

Beberapa kesalahan paradigma ini diantaranya :

1. Menganggap program akselerasi hanya sekedar aksesoris sekolah yang dapat memiliki niali jual kepada masyarakat untuk meningkatkan status sekolah. Sekolah seperti ini bisa dilihat dari mulai cara perekrutan, pengelolaan dan proses pembelajaran di kelas akselerasi. Dan ketika ada program lain yang lebih "menjual" maka sekolah akan berpaling pada program baru tersebut dan menganggap program akselerasi tidak lagi diperlukan.

2. Kurangnya kesadaran dari pihak sekolah tentang eksistensi atau keberadaan siswa yang cerdas istimewa yang secara asasi memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya. Kekurangsadaran tersebut menyebabkan guru, kepala sekolah atau pengelola program akselerasi menjadikan program ini sebagai beban dan memandang siswa cerdas istimewa sebagai siswa yang tidak perlu mendapatkan "Layanan Khusus". Sekolah seperti ini akan nampak pada penanganan proses pembelajaran yang tidak membedakan rencana, metode, sarana maupun evaluasi kepada siswa akselerasi.

3. Sekolah, khususnya Negeri sering panik dengan berbagai informasi yang berhubungan dengan instruksi baru atau program baru yang dibuat pemerintah. SKS, RSBI dan lainnya terkadang dijadikan alasan perlunya perombakan dan penghapusan program akselerasi.

4. Sekolah belum mampu menjadi "Corong" dari hakekat dan esensi dari dibangunnya program akselerasi bagi pemenuhan hak siswa cerdas istimewa dan karakter dari siswa itu sendiri. Masyarakat masih banyak yang menganggap bahwa program akselerasi hanyalah program yang eksklusif dan kecerobohan dalam dunia pendidikan. Namun sayangnya, mereka yang menolak program akselerasi sering kali tidak mampu memberikan solusi yang tepat dan aplikatif di dunia pendidikan. Mereka berasumsi, menyimpulkan dan meng"judge" SALAH. Ketika ditanya bagaimana solusi, maka yang keluar hanyalah berjuta teori yang belum tentu bisa dilaksanakan pada tataran praktek langsung.

5. Karena menganggap eksklusif, maka masih ada pengelola atau pembuat kebijakan menganggap bahwa program akselerasi ini tidak inklusi! Inklusi adalah sebuah sistem yang dibangun dengan maksud untuk memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh elemen dalam masyarakat untuk mendapatkan layanan pendidikan sesuai dengan kebutuhannya. Tidak hanya anak cerdas istimewa, namun juga siswa lainnya seperti yang memiliki cacat, penderita hiv, mantan pemakain narkoba, anak miskin, anak jalanan dan lain-lainnya. Keberadaan kelas akselerasi masih juga dianggap eksklusif, padahal kelas tersendiri atau digabung dengan kelas reguler merupakan tataran taktis dan tekhnis. misalnya karena ada 20 siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata, maka kelas akselerasi dinilai jauh lebih efektif ketimbang digabung dengan reguler, karena mereka memang membutuhkan layanan yang agak berbeda dengan anak pada umumnya. Namun ketika hanya ada 3 atau 4 orang, maka bisa jadi kelas akselerasi tidak lagi diperlukan karena akan jauh lebih efektif bila digabung dengan kelas reguler.

Oleh karena itu, maka mulai sekarang kita harus :
1. Lebih gencar melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang anak CI/BI, akselerasi dan inklusi.
2. Sekolah mulai dan terus membenahi diri sehingga berbagai anggapan miring tentang akselerasi bisa disanggah dengan bukti.
3. Terus melakukan monitoring dan evaluasi yang ketat dalam pelaksanaan akselerasi untuk menghindari adanya penyimpangan tujuan dari program akselerasi.


0 Response to "Aksel... Aksel...."