6 Tipe anak Cerdas IStimewa

Tipe anak gifted menurut Betts dan Neihart (1988) dalam Dabis dan Rimm menyebutkan 6 tipe anak gifted. Macam-macam tipe anak Cerdas ini perlu diketahui mengingat tidak semua anak CIBI memiliki ciri dan karakter yang sama sehingga hal tersebut cukup membingungkan guru, orang tua atau masyarakat.
Guru masih banyak yang menganggap bahwa anak CIBI harus rajin, tekun, taat dan patuh. Oleh karena itu ketika guru melihat ada anak yang memiliki ciri berlawanan dengan anggapan tersebut maka guru menganggap anak tersebut tidak cocok disebut CIBI. anggapa ini pun akhirnya akan berdampak pada cara guru dalam melakukan pendampingan terhadap anak CIBI.
Orang tua juga sering membandingkan anaknya yang termasuk kategori CIBI dengan anak CIBI lainnya. Membanding-bandingkan ciri ini akan melahirkan tuntutan yang berlebihan atau harapan melebihi kemampuan anak CIBI itu sendiri. Orang tua yang memiliki anak bandel atau pemberontak akan menganggap anaknya tidak CIBI hanya karena orang tua tersebut membandingkan dengan anak CIBI lain yang memiliki ciri penurut, taat dan rajin.

Hal yang sama akan ditemui dimasyarakat. Masyarakat akan menjadi heran, aneh dan kaget bila melihat beberapa anak CIBI memperlihatkan sebuah ciri yang tidak sesuai dengan anggapan mereka. Lalu masyarakat akan mengambil kesimpulan bahwa program layanan yang ada dan membimbing anak CIBI adalah gagal!

Menjadi sangat penting kita mulai mempelajari dan melakukan pengamatan untuk kemudian memandang anak CIBI dalam sudut pandang yang benar-benar baru.

Adapun tipe ini disampaikan pada Seminar Nasional Potensi Luar Biasa Sejuta Anak Cerdas Istimewa, pada tanggal 23 Februari 2010 di Jakarta.

1. Tipe I (The Succesful)
Dalam dunia pendidikan, menurut Betts dan Neihart, anak-anak gifted yang terindentifikasi sebanyak 90 persen adalah dari kelompok tipe ini. Mereka adalah anak-anak yang mampu meraih yang sangat baik, dan dapat mengikuti sistem pendidikan konvensional dengan baik. Mereka mendengarkan dan mempelajari dengan baik apa yang diajarkan baik di sekolah maupun di rumah. Dalam berbagai tes atau ujian mereka juga meraih skor yang tinggi, disamping itu mereka dapat terpilih dan mendapatkan tempat dalam program pendidikan anak gifted.
Terhadapnya, lingkungan baik pihak sekolah maupun orang tua sangat percaya bahwa dirinya dapat meraih prestasi sebaik-baiknya. Ia sangat disenangi oleh sekolah, orang tua dan diterima dengan baik oleh teman-teman sebanyanya. Ia juga tidak mengalami masalah dalam pergaulan. Perkembangan sosial emosionalnya sangat baik. Terhadap anak-anak ini pula, orang disekitarnya tidak melihat apa kekurangannya. Namun sebetulnya ia kurang bisa belajar secara mandiri. Ia mendapatkan prestasi karena dukungan dan bimbingan. Bukan karena mengembangkan minatnya secara mandiri. Kelihatannya ia memiliki konsep diri yang positif, sebagai bentukan karena ia mempunyai prestasi yang baik dan lingkungan yang dapat menerima dirinya dengan baik. Mereka memang menyabet nilai kompetensi yang tinggi saat sekolah. Namun sebetulnya mereka tidak bisa mengembangkan talentanya secara mandiri.

2. Tipe II (The Challenging)
Tipe ini sering tidak teridentifikasi oleh sekolah atau orang tua karena mereka tidak menunjukkan prestasi yang baik. Mereka biasa melakukan segala sesuatu secara spontan dan seringkali spontanitas itu dianggap kegiatan yang mengacaukan, tidak teratur dan tidak patuh. Anak kelompok ini biasanya memiliki tingkat kreatifitas yang sangat tinggi, namun tidak belajar untuk memanfaatkan kebolehannya. Anak ini lebih banyak frustasi karena sistem pendidikan tidak memberikan keleluasan dan perhatian kepada mereka baik kreatifitasnya maupun talentanya.
Kelompok gifted ini adalah kelompok anak yang beresiko tinggi, karena luput dari perhatian dan tidak ditangani dengan baik dan berakibat pada putus sekolah, perilaku bermasalah dan masuk ke dalam sirkuit kenakalan remaja dan penyalahgunaan obat terlarang.

3. Tipe III (The Underground)
Kelompok ini adalah kelompok yang menyembunyikan talenta dan kemampuannya. Umumnya terjadi pada kelompok gifted perempuan diusia sekolah lanjutan pertama. Mereka cenderung menyembunyikan kemampuannya untuk bisa diterima oleh teman sebayanya. Pada lelaki biasanya terjadi ketika masa usia SMA karena mereka meresppon perkembangan sosial yang terjadi disekelilingnya. Ciri mereka biasanya diawal tahun pelajaran cenderung mampu memaksimalkan kemampuannnya, namun ketika menjelang akhir mereka mengalami penurunan yang drastis dan bahkan menolak kelebihan yang ada pada dirinya.
Anak seperti ini adalah kelompok anak yang merasa tidak nyaman, tidak aman dan merasa cemas. Bahkan tekanan tidak hanya muncul dari dirinya sendiri, namun juga dari lingkungan. Teman sebayanya menekan kemampuan mereka untuk bisa menerima kelebihan mereka. Tidak hanya itu bahkan orang tua dan guru sekalipun memberikan tekanan yang tidak kalah beratnya kepada mereka.

4. Tipe IV (The Dropouts)
Kelompok ini memiliki potensi yang tinggi namun tidak mendapatkan dukungan yang baik dari sekolah dan orang tua. Mereka cenderung tidak bisa memunculkan prestasinya dengan harapan dan kemampuannya sendiri. Sistem pendidikan di sekolah menyebabkan ke-frustasi-an dan pada akhirnya membawanya pada penarikan diri dan kondisi depresi.
Tipe ini merupakan dampak dari tidak adanya penanganan yang baik untuk anak kelompok II atau The Chalanging yang berlanjut kepada frustasi dan depresi. Frustasi dan depresi ini bisa muncul di sekolah tingkat lanjut namun pada dasarnya telah dimulai sejak pendidikan dasar. Droupout bukan saja dalam bentuk prestasi sekolah yang menurun namun juga secara mental dan emosional.
Kelompok ini memang merupakan kelompok anak gifted yang terlambat diidentifikasi. Di sekolah dasar ia tidak terdekteksi sebagai anak gifted. Akhirnya anak seperti ini tidak memiliki mitivasi internal yang sangat lemah. Kelompok ini membutuhkan kerjasama dengan yang baik dengan orang yang dewasa yang memang dipercayai. Orang tua juga memerlukan bimbingan khusus agar dapat menghadapinya dengan baik. Kepada anak ini perlu dilakukan tes untuk melihat dibagian apa kekuatannya.

5. Tipe V (The Double Labeled)
Merupakan kelompok gifted yang memiliki gangguan secara fisik, emosional tatupun gangguan belajar (learning disabilities). Anak kelompok ini memerlukan program khusus untuk modifikasi program yang sesuai dengan kondisinya. Seringkali ia tidak menunjukkan prestasi sebagaimana anak gifted pada umumnya karena mereka lebih sering dilihat dari sisi lemahnya, bukan kekuatannya.
Misalnya tulisan yang jelek disebabkan karena motorik halusnya terganggu atau perilakunya yang kacau sehingga tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Anak-anak ini juga seringkali kesulitan menyelesaikan tugas-tugasnya karena ketidakbiasaannya sebagai akibat gangguan yang memang kasat mata.
Bila sekolah dan orang tua tidak mampu menemukan sumber kekurangannya lalu berlanjut secara terus menerus maka akan memunculkan kefrustasian, merasa tidak dihargai, tak dibantu dan merasa terasing. Bahkan si anak sendiri mungkin tidak mengakui dan menyadari sumber masalahnya sendiri secara spesifik.
Sekolah dan orang tua sering tidak mengakui bahwa sesungguhnya anak itu luar biasa karena memang secara fisik dan tampilam, mereka tidak mampu memperlihatkannya secara baik. Karena tidak teridentifikasi, pihak sekolah hanya melihat dan menangani kekurangannya saja namun faktpr kelebihannya tidak terkelola dengan baik.

6. Tipe VI (The Outonomous Learner)
Anak gifted yang sangat mandiri dan mempunyai jiwa kepemimpinan yang sangat kuat. Ia dapat mengembangkan diri secara kreatif dan mampu memanfaatkan segala sesuatu yang ditawarkan dalam pendidikan. Apa yang didapatkan dari sekolah dapat ia kembangkan sendiri sebagai sesutau yang baru. Ia tidak tergantung kepada orang lain dan sangat independen. Ia dapat menentukan sendiri apa yang ingin dicapainya, mempunyai sikap diri yang positif. Ia juga mampu mengekspresikan perasaan, tujuan dan cita-citanya dengan baik dan bebas. Ia sangat disayangi oleh lingkungan dan mendapatkan dukungan positif. Biasanya ia terpilih menjadi pemimpin dalam kelompoknya, baik di sekolah maupun d masyarakat.

Dari uraian diatas semoga kita bisa mendapatkan wawasan baru dalam memandang keberadaan anak Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa. Dengan demikian baik guru atau orang tua dapat melakukan identifikasi dan penanganan secara cepat dan tepat.

SEMINAR NASIONAL “POTENSI LUAR BIASA SEJUTA ANAK CERDAS ISTIMEWA INDONESIA

Karakteristik Anak Gifted

1. Sangat waspada terhadap sesuatu yang kurang berkenan
Salah satu karakter ini akan menimbulkan sebuah sikap cepat tanggap terhadap segala yang terjadi dalam kehidupan sekelilingnya. Mereka sangat peka dengan segala sesuatu yang tidak berkenan pada dirinya. Oleh karena itu jangan terkejut bila salah satu ciri mereka juga adalah mudah menangis dan sensitif.
Selama ini anak CIBI yang mudah menangis selalu mendapatkan stigma negatif dengan julukan cengeng, manja dan kurang mandiri. Mereka sangat peka dengan situasi disekitarnya. Mereka mudah tersenuth perasaannya bila melihat ketidakadilan dan kesalahan dalam hidupnya.
Siswa seperti ini sangat potensial menjadi aktivis lingkungan, pejuang hask asasi dan profesi sejenis yang berhubungan dengan kepedulian sosial. Oleh karena itu orang tua dan guru harus mampu memaksimalkan kemampuan mereka tersebut agar mereka bisa memahami langkah dan cara mereka menyalurkan kemampuannya tersebut.
Namun perilaku negatif juga bisa muncul dari karakter anak seperti ini, diantaranya adalah mereka mudah untuk mengkritik orang lain secara membabi buta. Anak yang memiliki kemampuan verbal yang baik, akan dengan mudah mengungkapkan ketidaksetujuannya kepada semua orang tanpa memandang usia dan status. Mereka akan spontan mengatakannya, baik kepada orang tua maupun guru.
Bila guru atau orang tua tidak memahami hal tersebut, maka bisa menjadi masalah karena akan menganggap anak seperti ini kurang ajar. Mereka cenderung curiga terhadap sesuatu yang baru dan meragukan bagi dirinya. Mereka tidak puas hanya dengan menerima apa adanya. Mengajukan pertanyaan dan pernyataan yang bernada memberontak atau membangkang.
Cara menghadapi anak seperti ini adalah dengan meluangkan waktu untuk berdiskusi dan mendengarkan saja. Biarkan bibir mereka terus bicara untuk mengungkapkan persepsi, interpretasi dan pandangannya tentang hal yang mereka gugat. Kita hanya berbicara ketika mereka meminta. Dengan demikian kita juga memberikan peluang kepada mereka untuk secara mandiri melakukan rekonstruksi pikiran dan pengetahuan mereka dan mereka memahami apa yang mereka pikirkan.
Kesalahan umum menangani anak seperti ini adalah ketika orang tua dan guru berdiri pada posisi merasa paling tahu. Padahal kita harus memposisikan sebagai orang yang paling tidak tahu untuk kemudian melontarkan pertanyaan-pertanyaan mendasar untuk melatih mereka kembali menyusun berbagai informasi yang mereka miliki.
Ini sulit, tapi wajib di coba!
Pernah penulis menerima kritik ketika mengajarkan tentang kisah “Boston tea party”. Penulis salah menyebutkan nama Boston, dan seorang anak CI langsung mengatakan bahwa yang saya katakan itu salah. Tanpa ada ketakutan, keraguan dan dinyatakan secara spontan,”SALAH!”
Sekolah juga pernah mendapatkan surat dari seorang anak CI yang menggugat hukuman sekolah yang diberikan kepada siswa kelas IX karena mereka tidak hapal hymne sekolah. Dia memprotes kebijakan sekolah yang menghukum siswa kelas tiga dengan alasan sekolah tidak pernah mengingatkan kembali hymne sekolah yang hanya diajarkan sekali selama menjadi siswa, yaitu pada saat Masa Orientasi Sekolah.

2. Selera humor yang tinggi
Melawak berbeda dengan selera humor. Sering kita jumpai anak-anak CIBI senang dengan guru yang suka bercanda dan menuntut guru untuk selalu tampil sesantai mungkin. Namun yang harus diwaspadai adalah, mereka cenderung tidak menyukai humor kasar dan cabul.
Humor mereka harus digiring untuk mampu berpikir kreatif, out of box atau cerdas menyikapi keadaan. Humor mereka cenderung memiliki tingkat kesulitan dan kepelikannya sendiri. Terkadang penulis juga kesulitan untuk memahami humor mereka yang cenderung sulit dimengerti. Misalnya ada anak yang bertanya, “ Pak mengapa jaman orde baru, banyak orang yang mengobati sakit giginya ke Singapura?”. Lalu anak itu menjawab kembali,”karena di Indonesia pada waktu itu tidak semua orang boleh buka mulut…”.
Perilaku positif dari karakter ini adalah mereka cenderung memiliki tingkat kepekaan diri untuk bisa menerima kesalahannya sendiri. Mereka mampu merespon setiap humor dan merasakan apa maksud dari humor tersebut jika memang mereka merasa seperti yang di anekdotkan tersebut. Kemampuan membaca diri dalam bentuk humor menjadi penting bagi kematangan emosional seseorang sehingga mereka mampu melakukan sosialisasi dengan baik dengan lingkungannya.
Namun perilaku negatif dari karakter ini adalah dengan melontarkan lelucon dengan mengorbankan orang lain. Lelucon ini bisa menyangkut fisik, nama atau kebiasaan yang melekat pada diri seseorang. Kemampuan anak CIBI dalam menangkap fenomena dan gejala yang muncul dari lingkungan lalu digabungkan dengan selera humor yang tinggi akan memunculkan sebuah lelucon segar sekaligus menohok setiap orang yang di”tembak.
Ejekan atau lelucon ini tidak hanya antar teman sebaya namun juga bisa kepada guru yang mereka nilai tidak sesuai dengan harapan mereka. Dan karakter ini pada akhirnya akan berpotensi memunculkan konflik antar rekan dan dengan guru. Tanpa ada bimbingan dan arahan dari guru yang juga memiliki selera humor yang tinggi tidak mustahil karakter ini akan dianggap sebagai masalah besar dalam kehidupan sosial anak dan sekolah.

3. Mampu memahami keterkaitan satu dengan yang lain
Teori sering diberikan oleh guru secara terpisah dan dalam waktu yang tidak berurutan, namun kelebihan anak CI adalah mereka mampu menghubungkan dan mengaitkan sebuah peristiwa satu dengan peristiwa lainnya. Mereka dapat menyatukan “puzzle-puzzle” keilmuan berupa teori untuk kemudian memandangnya sebagai satu-kesatuan yang utuh. Anak CIBI bisa mempertanyakan sebuah teori ekonomi bila ada ketidakcocokan dengan teori yang ada didalam pelajaran sejarah. Padahal keduanya tidak berhubungan secara langsung, namun mereka bisa mengaitkannya satu dengan yang lain.
Dengan kelebihannya tersebut, maka anak CIBI sebenarnya mampu untuk bisa menyelesaikan masalahnya sendiri secara mandiri. Berbagai pengalaman dan pengetahuannya mampu mereka hubungan dan dipergunakannya untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, baik dalam pertemanan, belajar dan sosial.
Salah satu yang bisa dikembangkan adalah dengan melatih mereka untuk membuat karya tulisa ilmiah sederhana sehingga mereka akan mampu mengembangkan kemampuannya tersebut secara teratur dan sistematis.
Namun ada dampak negatif yang umumnya melekat pada karakter ini adalah mereka cenderung suka ikut campur urusan orang lain. Bila mereka melihat sebuah tindakan teman, guru atau orng tuanya tidak sesuai dengan harapannya, mereka akan cenderung langsung mengatakannya dan mengemukakan alasan serta solusinya. Mereka cenderung sulit untuk mendengar karena mereka akan merasa dirinya mampu memberikan solusinya.
Dalam hubungan individu, anak seperti ini akan sulit untuk bisa dan mampu untuk mendengarkan segala sesuatu dengan utuh dan komprehensif karena akan cenderung menganggap dia merasa mampu menemukan solusinya dengan cepat.

4. Dorongan berprestasi yang tinggi
Dorongan yang tinggi untuk berprestasi melekat pada diri semua anak, khususnya anak CIBI. namun demikian, lingkungan sekitar sering mematikan dorongan tersebut dengan berbagai stigma negatif kepada anak atau siswa yang belum mampu menunjukkan kemampuannya secara maksimal.
Pada diri anak CIBI, dorongan untuk berpretasi ini sangat nampak dalam karakter yang cenderung negatif seperti arogan, tidak mau mengalah, atau tidak sabaran dalam menghadapi kelambanan yang dilakukan oleh rekan-rekannya. Dorongan-dorongan ini pula yang berpotensi memunculkan dampak negatif pada diri anak-anak CIBI karena dianggap sulit bergaul atau tidak mau bersosialisasi.
Dalam beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada kecenderungan anak CIBI lebih suka konsentrasi dengan aktivitasnya sendiri ketimbang bergabung dengan teman sebayanya karena alasan “tidak nyambung” sehingga mereka memilihi untuk bergaul dengan orang yang lebih tua usianya.
Ketidakcocokan ini bukan kesalahan anak tersebut, namun lebih kepada kemampuan mereka untuk menangkap sesuatu secara cepat. Sehingga kemampuannya tersebut, digabungkan dengan kemampuannya dalam menggabungkan beberapa hal sebagai kesatuan kemudian membuatnya tidak merasa cocok dengan pola pikir rekan sebayanya.
Namun demikian, dengan bimbingan yang baik dan benar maka kemampuannya ini bisa dilihat dalam penyelesaian tugas sekolah. Mereka akan cenderung melakukan sesuatu secara baik dan cenderung perfectionis. Bila tugas yang diterimanya dirasakan tidak menarik dan tidak menantang kemampuannya secara maksimal, bahkan bisa jadi mereka tidak menyelesaikan tugas tersebut sama sekali.

5. Kemampuan verbal yang tinggi
Mungkin kita pernah merasa kurang nyaman ketika menapatkan seorang anak yang belum dewasa memiliki kemampuan berbicara, menentang atau mengkritik orang lain secara lugas. Atau kita dibuat terkagum-kagum dengan kemampuan seorang anak yang mampu berbicara lancar dan belum tentu bisa dilakukan oleh teman sebaya pada umumnya.
Hal tersebut menjadi salah satu ciri dari anak CIBI. kemampuan verbal atau oralnya lebih cepat berkembang dibandingkan dengan kemampuan rekan-rekannya. Walaupun dalam beberapa kasus, ada beberapa anak CIBI yang mengalami keterlambatan dan keterampilan verbalnya.
Anak dengan kemampuan seperti ini bisa memberikan argumen, pertanyaan atau sanggahan secara lugas dan sistematis. Sering orang tua atau guru idbuat pusing dengan pertanyaan-pertanyaan mendasar dalam sebuah persoalan. Pertanyaan itu bisa menjadi alat bagi mereka untuk mengukur apakah seseorang itu dapat dipercaya oleh dirinya untuk dijadikan salah satu sumber informasi.
Oleh karena itu jangan heran mereka cenderung bisa melakukan penolakan terhadap kehadiran seseorang hanya karena penilaiannya kepada kemampuan orang lain dalam berbicara. Dampak negatif lainnya adalah mereka mampu memanipulasi orang lain dengan kemampuannya. Hal ini bisa dalam bentuk ketergantungan secara personal maupun dalam pergaulan sosial.

Aksel... Aksel....

Setelah kurang lebih sepuluh tahun program akselerasi berjalan, masih banyak diantara pengelola pendidikan, termasuk penyelenggara sekolah yang menjalankan program akselerasi, belum memahami hakekat keberadaan program akselerasi ini.

Beberapa kesalahan paradigma ini diantaranya :

1. Menganggap program akselerasi hanya sekedar aksesoris sekolah yang dapat memiliki niali jual kepada masyarakat untuk meningkatkan status sekolah. Sekolah seperti ini bisa dilihat dari mulai cara perekrutan, pengelolaan dan proses pembelajaran di kelas akselerasi. Dan ketika ada program lain yang lebih "menjual" maka sekolah akan berpaling pada program baru tersebut dan menganggap program akselerasi tidak lagi diperlukan.

2. Kurangnya kesadaran dari pihak sekolah tentang eksistensi atau keberadaan siswa yang cerdas istimewa yang secara asasi memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya. Kekurangsadaran tersebut menyebabkan guru, kepala sekolah atau pengelola program akselerasi menjadikan program ini sebagai beban dan memandang siswa cerdas istimewa sebagai siswa yang tidak perlu mendapatkan "Layanan Khusus". Sekolah seperti ini akan nampak pada penanganan proses pembelajaran yang tidak membedakan rencana, metode, sarana maupun evaluasi kepada siswa akselerasi.

3. Sekolah, khususnya Negeri sering panik dengan berbagai informasi yang berhubungan dengan instruksi baru atau program baru yang dibuat pemerintah. SKS, RSBI dan lainnya terkadang dijadikan alasan perlunya perombakan dan penghapusan program akselerasi.

4. Sekolah belum mampu menjadi "Corong" dari hakekat dan esensi dari dibangunnya program akselerasi bagi pemenuhan hak siswa cerdas istimewa dan karakter dari siswa itu sendiri. Masyarakat masih banyak yang menganggap bahwa program akselerasi hanyalah program yang eksklusif dan kecerobohan dalam dunia pendidikan. Namun sayangnya, mereka yang menolak program akselerasi sering kali tidak mampu memberikan solusi yang tepat dan aplikatif di dunia pendidikan. Mereka berasumsi, menyimpulkan dan meng"judge" SALAH. Ketika ditanya bagaimana solusi, maka yang keluar hanyalah berjuta teori yang belum tentu bisa dilaksanakan pada tataran praktek langsung.

5. Karena menganggap eksklusif, maka masih ada pengelola atau pembuat kebijakan menganggap bahwa program akselerasi ini tidak inklusi! Inklusi adalah sebuah sistem yang dibangun dengan maksud untuk memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh elemen dalam masyarakat untuk mendapatkan layanan pendidikan sesuai dengan kebutuhannya. Tidak hanya anak cerdas istimewa, namun juga siswa lainnya seperti yang memiliki cacat, penderita hiv, mantan pemakain narkoba, anak miskin, anak jalanan dan lain-lainnya. Keberadaan kelas akselerasi masih juga dianggap eksklusif, padahal kelas tersendiri atau digabung dengan kelas reguler merupakan tataran taktis dan tekhnis. misalnya karena ada 20 siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata, maka kelas akselerasi dinilai jauh lebih efektif ketimbang digabung dengan reguler, karena mereka memang membutuhkan layanan yang agak berbeda dengan anak pada umumnya. Namun ketika hanya ada 3 atau 4 orang, maka bisa jadi kelas akselerasi tidak lagi diperlukan karena akan jauh lebih efektif bila digabung dengan kelas reguler.

Oleh karena itu, maka mulai sekarang kita harus :
1. Lebih gencar melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang anak CI/BI, akselerasi dan inklusi.
2. Sekolah mulai dan terus membenahi diri sehingga berbagai anggapan miring tentang akselerasi bisa disanggah dengan bukti.
3. Terus melakukan monitoring dan evaluasi yang ketat dalam pelaksanaan akselerasi untuk menghindari adanya penyimpangan tujuan dari program akselerasi.


Poster Caleg / Partai yg Aneh, Norak, Lucu 2009 Hanya di Indonesia!!!

Ini adalah wajah-wajah caleg kita, yang posternya lucu-aneh-ah anda sendiri yang menilai..

Yang ini ada syaratnya (pake tanda *);

ada-syaratnya

Ajak-ajak Ibu Bapak..

ama_bonyok

Bawa-Bawa Beckam

bawa2-beckhamnomor-beckham11

Di larang merokok di tempat umum!! Iklan rokok aja ga boleh melihatkan gambar orang sedang merokok..dilarang-ngerokok

Eksploitasi Anak, khawatir anaknya nanti di culik ya..

eksploitasi_children1

eksploitasi_children


Gothic

gothic

Tidak Ramah Lingkungan

kampanye_tdk_ramah_lingkungan

Lucu Aja..

lucu-aja

Nama Partai Aja Lupa…?

lupa-nama-partaidemokarat

Masih Nyoblos, Ga Update..

masih_coblos-da-update

Metal…euy..

metal-euy

Obama Lala..

mirip_obama

Bawa-bawa Anak..

papa_cynthia_lamusu

papanya-nia-ramadhani

Pembohong, mana no tlp nya?

pembohong-no-tlp-nya-mana

Super Norak..

super_norak

Turunan.. (Turunan siapa tau, ga kenal..)

turunan

Sayang Macan..

sayang_macan

Calon Pembantu..

2lxblg2

Fotografer? atau Calek ya…?

2pov76f
Avatar.. BON… Fans7..

2vuk83l

Security Rakyat

20rk9lf

SMS Saya…

21e6es2

Kuli…

23r8ys8

Yang ini beda sendiri, “Jangan Pilih Saya”

24aybdt
Gak Modal…

357puz8

Kungfu Panda… Apa hubungannya sama Partai?

caleg29bod9

Karikatur Yati Pesek???

izotxl

Yang ini maksudnya apa ya???

n550788000_1426580_4269

Awas pak masuk angin…

okblzd

Si Cepot ikut komentar….

pq7pi


Unas kelar, yeay!!

Yeeeeaaaayyyy, akhirnya Unas kelar juga!!!!!
Seneng banget lah
Kita bisa ngerjain UNAS dengan lancar,
yahh meskipun masih ada yg nyontek dikit-dikit
hehehe :P (ngaku dosa bgt)

Eits, tapi ni semua blom berakhir sob!!
Masih banyak yg menunggu qt!
Driling, ujian skul, ujia raktik, mpe tes masuk sma.
Tapi tetep semangat dunk!!!

Oya, ni pendapat qta tentang soal UNAS

Bahasa Indonesia : Kebiri yg buat soal!!!
Bahasa Inggris : BAKAR yg buat soal!!!!!!
Matematika : Cium yg buat soal! :P
IPA : Sembah yg buat soal!!!

Yeahhh beneran deh soal bahasa tu sulit banget!!!
Bahasa Inggris pun juga jadi setan pemeras otak siswa!
Abisss jawabannya hampir sama, pengecohnya banyak juga
Bikin qta mikir ekstra banget dah!

Abis ngerjain soal bahasa inggris, anak" langsung pada nyumpah"in yg buat soal!

Hmmmm...

Sutralah, yg penting masa itu udah selese dan qta siap untuk menyongsong masa ujian berikutnya dengan senyuman (yg dipaksakan)!!!!